Pertumbuhan dan Perkembangan Kebudayaan di Indonesia
· Zaman Batu Tua (Palaeolithikum)
Paleolitikum atau zaman batu tua disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya periode ini disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat sederhana.
A. CIRI-CIRI ZAMAN PALEOLITHIKUM
1. Jenis Manusia (Pithecanthropus Erectus, Homo Wajakensis, Meganthropus paleojavanicus, dan Homo Soliensis).
2. Kebudayaan (Kebudayaan Pacitan dan kebudayaan ngandong).
B.
ALAT-ALAT ZAMAN PALEOLITHIKUM
1. Kapak Genggam
1. Kapak Genggam
Kapak genggam banyak ditemukan di
daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut "chopper" (alat
penetak/pemotong)
2. Kapak
Perimbas
Kapak perimbas berfungsi untuk
merimbas kayu, memahat tulang dan sebagai senjata. Manusia kebudayan Pacitan
adalah jenis Pithecanthropus. Alat ini juga ditemukan di Gombong (Jawa Tengah),
Sukabumi (Jawa Barat), lahat, (Sumatra selatan), dan Goa Choukoutieen
(Beijing).
3. Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa
Alat-alat dari tulang ini termasuk
hasil kebudayaan Ngandong. Fungsi dari alat ini adalah untuk mengorek ubi dan
keladi dari dalam tanah. Selain itu alat ini juga biasa digunakan sebagai alat
untuk menangkap ikan
4. Flakes
Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu
Chalcedon, digunakan untuk mengupas makanan. Kegunaan alat-alat ini pada
umumnya untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.
· Zaman Batu Muda (Neolithikum)
Neolithikum adalah suatu revolusi yang sangat besar dalam peradaban manusia. Perubahan besar ini ditandai dengan berubahnya peradaban penghidupan food-gathering menjadi foodproducing. Manusia pada zaman batu muda juga telah mengenal dan memiliki kepandaian untuk mencairkan atau melebur logam dari biji besi dan menuangkan ke dalam cetakan dan mendinginkannya. Oleh karena itulah mereka mampu membuat senjata untuk mempertahankan diri dan untuk berburu serta membuat alat-alat lain yang mereka perlukan.
Ø Ciri
– ciri zaman batu muda :
1. Mulai menetap dan membuat rumah
2. Membentuk kelompok masyarakat desa
3. Bertani
4. Berternak untuk memenuhi kebutuhan hidup
Kebudayaan Hindu, Budha, dan Islam
· Kebudayaan Hindu Budha
Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang
masih terpelihara sampai sekarang. Akulturasi tersebut merupakan hasil dari
proses pengolahan kebudayaan asing sesuai dengan kebudayaan Indonesia.
Ø
Pengaruh budaya hindu budha yang
terjadi di Indonesia antara lain,
1.
Banyak ditemukannya patung-patung
dewa Brahma, Wisnu, Siwa dan Budha di kerajaan, Kutai, Tarumanegara, Mataram
kuno.
2.
Munculnya sinkretisme(perpaduan dua
atau ;lebih aliran) hal ini dapat dilihat pada peninggalan kerajaan jawa timur,
seperti Singasari, Kediri, Majapahit. Di Jawa Timur lahir aliran Tantrayana,
yaitu suatu aliran religi yang merupakan sinkretisme antara kepercayaan
Indonesia asli dengan agama hindu budha.
3.
Di Bali, kita dapat melihat bahwa
candi yang menjadi pura tidak hanya untuk memuja dewa. Roh nenek moyang dalam
bentuk Meru Sang Hyang Widhi Wasa dalam agama hindu sebagai manifestasi
Ketuhanan Yang Maha Esa. Upacara Ngaben sebagai objek pariwisata dan sastra
lebih banyak berasal dari Bali, bukan lagi dai India.
Ø
Hasil akulturasi budaya hindu budha
dan Budaya asli Indonesia :
1.
Sebelum budaya hindu budha masuk ke
Indonesia, bangsa Indonesia menggunakan bahasa melayu dan jawa kuno, namun
setelah budaya hindu budha masuk, Bangsa Indonesia menggunakan bahasa
sansekerta dan bahasa podi.
2.
Sebelum budaya hindu budha masuk ke
Indonesia, di Indonesia dikenal dengan system pemerintahan yg dipimpin oleh
kepala suku yang dipilih karna memiliki kelebihan dibanding anggota kelompook
lainnya, namun setelah budaya hindu budha masuk, system pemerintahan terganti
oleh system raja yang dianggap sebagai keturunan dewa yang mempunyai kelebihan
dan mempimpin kerajaan atau pemerintahan secara turun-temurun.
3.
Digunakannya bahasa sansekerta dan
huruf pallawa oleh bangsa Indonesia.
· Kebudayaan Islam
Agama
Islam dibawa oleh para pedagang muslim melalui dua jalur, yaitu jalur utara dan
jalur selatan. Melalui jalur utara dengan rute : Arab (Mekah dan Madinah) –
Damaskus – Bagdad – Gujarat (pantai barat India) – Nusantara. Melalui jalur
selatan dengan rute: Arab (Mekah dan Madinah) – Yaman – Gujarat (pantai barat
India) – Srilangka – Nusantara.
Cara
penyebaran Islam di Nusantara dilakukan melewati berbagai jalan
diantarannya adalah melalui perdagangan, sosial, dan pengajaran.
Ø
Hasil akulturasi budaya islam dengan
kebudayaan Indonesia :
1.
Masjid, dilihat dari segi
arsitrekturnya, masjid-masjid kuno di Indonesia menampakaan gaya arsitektur
asli Indonesia dengan ciri seperti atap masjid bertingkat serta pondasi nya
kuat dan agak tinggi, ada serambi di depan atau di samping, contohnya adalah
masjid agung Cirebon, masjid agung demak, dan masjid Baiturrahman di aceh dan
masjid tersebut mendapat pengaruhislam seperrti adanya hiasan kaligrafi serta
masjid yang memiliki kubah.
2.
Ciri dari wijud akulturasi makam
terlihat dari makam kuno yang dibangun di atas bukit atau tempat yang keramat,
makam terbuat dari bangunan batu yang disebut jirat atau kijing. Pengaruh
budaya islam pada makam di Indonesia terlihat pada hurufd dan bahasa Arab ,
misalnya makam puteri suwari di Leran, Gresik dan makam Sendang Dhuwur di atas bukit
atau Tuban.
3.
Pada bangunan istana yang berasal
dari peninggalan zaman hindu budha sudah tidak dapat ditemukan lagi pada zaman
islam.hal ini karena istana pada zaman itu dibuat dari bahan yang mudah hancur.
Berbeda dengan bangunan istana para sultan yang umumnya dibuat dari bahan batu
bata dan semen sebagai perekatnya. Istana raja merupakan benteng pertahanan
terakhir dari suatu negara atau kerajaan.
Kebudayaan Barat di Indonesia
Masuknya budaya Barat ke Negara Republik Indonesia ketika
kaum kolonialis atau penjajah masuk ke Indonesia, terutama bangsa Belanda.
Penguasaan dan kekuasaan perusahaan dagang Belanda (VOC) dan berlanjut dengan
pemerintahan kolonialis Belanda, di kota-kota propinsi, kabupaten muncul
bangunan-bangunan dengan bergaya arsitektur Barat. Dalam waktu yang sama,
dikota-kota pusat pemarintahan, terutama di Jawa, Sulawesi Utara, dan Maluku
berkembang dua lapisan sosial ; Lapisan sosial yang terdiri dari kaum buruh,
dan kaum pegawai.
Ø DAMPAK POSITIF:
1.
Pertumbuhan ekonomi yang lebih
tinggi.
2.
Industrialisasi
3.
Dapat mempelajari kebiasaan, pola
pikir dan perilaku yang bangsa2 maju sehingga dapat mendorong kita untuk
menjadi lebih baik dan maju karena mereka.
4.
Meningkatkan produktivitas dunia
industri.
5.
Kemudahan untuk menunjukkan dan
memperkenalkan budaya negara kita sendiri di luar negeri.
Ø DAMPAK NEGATIF:
1.
Masuknya budaya asing yang lebih
mudah diserap dan ditiru oleh orang-orang muda dan tua, dan beratnya biasanya
meniru perilaku buruk.
2.
Globalisasi bisa memungkinkan
hilangnya budaya karena campuran budaya lokal dengan budaya dari luar, bisa
jadi karena tidak ada generasi penerus yang melestarikan budaya halaman.
3.
Kebebasan setiap orang yang
mengakses atau menggunakan teknologi, mudah juga dalam kasus penyalahgunaan
fungsi teknologi
4.
Pengalihan manusia-ke-mesin performa
tentunya lebih penyebab polusi udara yang memperburuk pemanasan global.
5.
Menumbuhkan sifat dan sikap
individualisme, tidak adanya rasa kepedulian terhadap orang lain. Sedangkan
bangsa Indonesia pernah terkenal dengan gotong royong.
Komentar
Posting Komentar